Melalui kegiatan ini diharapkan bahasa isyarat dapat dipelajari seluruh masyarakat. Ketua Gerkatin Solo Aprilian Bima mengatakan, selain menumbuhkan kepercayaan diri penyandang tuna rungu, kelas ini bertujuan agar tunarungu dan masyarakat dapat berkomunikasi dengan lancar.
"Dengan memasyarakatkan bahasa isyarat maka teman-teman tuli tidak termarjinalkan," kata Aprilian Bima saat ditemui di sela-sela kelas bahasa isyarat, Minggu (31/07/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Menurut Bima, informasi dan komunikasi menjadi kebutuhan penting bagi seluruh orang tak terkecuali bagi penyandang tunarungu.
Meski Indonesia memiliki Undang Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas ternyata belum dapat diimplementasikan secara sempurna. "Di situ diatur kesamaan hak dan kesempatan bagi penyandang tunarungu. Kenyataannya pelaksanaan belum sesuai. Salah satu contohnya, penyandang tunarungu masih dibuat bingung karena banyak tayangan televisi yang tidak menyertakan teks atau juru bahasa isyarat sehingga tidak bisa dipahami," papar dia.
Tak hanya itu, banyak pelayanan publik yang dinilai tak ramah bagi para penyandang tunarungu. Sehingga kota-kota ramah inklusi terkesan hanya berhenti sebagai julukan.
World Federation of the Deaf (WFD) tahun ini mengangkat tema `Dengan Isyarat Kita Setara.` Peringatan Hari Tukli Internasional itu sejalan dengan kelas bahasa isyarat.
"Jadi semua rekan-rekan tuli sedunia akan memperingati itu," kata dia.
Selain menggelar kelas bahasa isyarat, Gerkatin Solo juga akan mengadakan long march dan seminar bertajuk `Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Terhadap Kemampuan Tuli Menuju Kota Inklusi.’
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(TTD)