Mereka mengakui ada tindakan berlebihan dan menyimpang di luar kegiatan pelatihan dasar. Namun, mereka enggan menjelaskan bentuk tindakan dan siapa pelakunya.
Ketua Great Camping ke-37 Wildan Nuzula menjelaskan seluruh pelatihan dalam Mapala UII telah memiliki standar baku (SOP). Dalam SOP tak diperkenankan melakukan kekerasan fisik saat memberi sanksi.
Namun, dia tak bisa memantau seluruh perilaku panitia. “SOP sama, tapi setiap orang (panitia) kan bisa bertindak berbeda. Kami memang menemukan tindakan berlebihan di luar SOP,” katanya, saat jumpa pers di gedung Pascasarjana UII, Jalan Cik Ditiro Yogyakarta, Jumat (27/1/2017).
Wildan menuturkan, GC Mapala UII diawali dengan pembukaan pendaftaran untuk calon peserta. Dilanjutkan tes kesehatan dan wawancara. Peserta yang lolos tes diperbolehkan mengikut GC yang berlangsung pada 14-20 Januari.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sebelum berangkat, seluruh peserta diberi pembekalan dan pengenalan alam pada 11-12 Januari. Tanggal 14 Januari seluruh peserta dan panitia berangkat ke lokasi berkemah di Lereng Gunung Lawu, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah.
Empat hari kemudian, seluruh peserta pindah tempat untuk mengikuti sesi survival. Sesi ini bertujuan untuk melatih mental peserta agar dapat bertahan di alam bebas.
"Tanggal 18 Januari peserta kami bawa ke lokasi survival yang letaknya sekitar 1,5 kilometer dari tempat awal," kata Wildan.
Baca: Mapala UII Meminta Maaf
Beberapa panitia ada yang tetap di lokasi awal. Sebagian lain mendampingi peserta ke lokasi survival. Peserta diperbolehkan membawa makanan dan minuman secukupnya. "Sisanya mereka bisa makan dari flora dan fauna di sekitar,” kata dia.
Di sesi survival, peserta dibagi ke dalam kelompok kecil dengan tiga panitia sebagai pendamping. Wildan menjelaskan para panitia yang mendampingi berasal dari mahasiswa aktif UII dan alumni. Selain itu, kata dia, pendamping boleh memberi hukuman fisik jika peserta melanggar.
“Pelanggaran pertama hukumannya teguran. Pelanggaran kedua hukuman fisik seperti squat jump, push up, dan jalan jongkok. Pelanggaran ketiga, nilai mereka dikurangi,” katanya.
Ditanya rinci mengenai bentuk kekerasan yang diberikan, Wildan menolak menjawab. "Hal-hal yang menyangkut acara sudah dalam penyelidikan polisi," kata dia.
Ketua Tim Pencari Fakta UII Achil Suyanto mengatakan hasil penyelidikan tim pencarai fakta juga menemukan adanya tindakan kekerasan dan menyimpang dari SOP. Pihaknya kini masih mencari tahu siapa oknum pelaku kekerasan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)