Orangtua almarhum Syait Asyam, Sri Handayani (kanan) dan Seno Aji. (MTVN-Ahmad mustaqim)
Orangtua almarhum Syait Asyam, Sri Handayani (kanan) dan Seno Aji. (MTVN-Ahmad mustaqim) (Ahmad Mustaqim)

Keluarga Mahasiswa UII Tempuh Jalur Hukum

kekerasan di mapala uii
Ahmad Mustaqim • 23 Januari 2017 18:33
medcom.id, Sleman: Keluarga almarhum Syait Asyam mengemukakan terdapat luka di jasad mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta tersebut. Jalur hukum akan dikawal hingga tuntas.
 
"(Hasil autopsi) ada luka di paru-paru (Asyam). Itu yang membuat dia sesak nafas," ujar Sri Handayani, ibunda Asyam saat ditemui di kediamannya di Dusun Jetis, Desa Caturharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (23/1/2017). 
 
Asyam merupakan salah satu peserta pendidikan dasar atau The Great Camping (GC), yang digelar Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) UII di Gunung Lawu Lereng Selatan, Tawangmangu, Jawa Tengah. Asyam meninggal sehari setelah mengikuti diksar selama sepekan (13-20/1). 

Ada Luka pada Jasad Mahasiswa UII


Sri mengatakan telah melaporkan kasus kematian anaknya ke Polres Karanganyar, tak lama usai Asyam meninggal. Laporan itu menyertakan hasil autopsi yang sempat dilakukan di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. 

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Asyam, kata Sri, juga sempat mengatakan siapa yang diduga menjadi pelaku kekerasan saat masih dirawat di RS Bethesda Yogyakarta. Sebab, di sejumlah anggota tubuh Asyam ditemukan luka, seperti tangan, dan punggung. 
 
"Asyam mengatakan disabet pakai rotan 10 kali. (Keluarga) telah ditanya juga (oleh) kepolisian," kata dia. 
 
Sri juga memperoleh informasi dari rekan Asyam. Menurutnya, ada juga sejumlah anggota GC lain yang mendapat luka dari kegiatan tersebut. Namun, Asyam menjadi salah seorang yang mendapat luka cukup parah hingga akhirnya meninggal. 
 
"Asyam katanya mau mengundurkan diri (di tengah kegiatan), tapi diilarang. Asyam lukanya lebih parah dari teman lainnya bukan karena melawan, tapi karena mengundurkan diri," jelasnya. 
 
Sebelum meninggal, Sri berkata sempat mendapat cerita dari Asyam bahwa tiga hari pertama acara GC ia dalam kondisi baik. Tindak kekeraaan diduga terjadi setelah tiga hari tersebut. 
 
Ia menambahkan, kegiatan mendaki gunung tersebut memang menjadi yang perdana bagi Asyam. Namun, ia meyakini hal itu tidak jadi permasalahan lantaran anak kelahiran 7 Juli 1997 itu memiliki mobilitas yang tinggi. "(Asyam) tidak punya riwayat penyakit khusus," kata dia. 
 
Seno Aji, 50, paman Asyam, mengatakan pihak keluarga akan mengawal kasus itu melalui jalur hukum hingga tuntas. Ia mendasarkan pada sikap dan perilaku Asyam yang baik di lingkungan keluarga, tetangga, maupun teman kuliah. "Proses hukum supaya tidak terjadi (kasus serupa) lagi," katanya. 

Peraih Olimpiade Kimia Internasional Harus Tewas usai Diksa Mapala UII


Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UII, Abdul Jalil menyilakan keluarga menempuh jalur hukum. Menurutnya, pihak kampus juga sedang melakukan proses investigasi melalui tim yang dibentuk. 
 
"Proses eksternal (kampus) tidak mempengaruhi proses internal. Keputusan eksternal bisa saja menjadi pertimbangan putusan internal," ungkapnya. 
 
Abdul juga mengungkapkan bahwa Asyam sempat ditanyakan kondisinya oleh penyelenggara soal kondisinya. Informasi yang Abdul peroleh, Asyam mengaku kuat melakukan kegiatan hingga selesai. "(Soal luka-luka) itu wewenang kedokteran forensik," ujarnya. 
 
Selain Asyam, kegiatan GC juga memakan korban jiwa lainnya. Muhammad Fadhli, mahasiswa Teknik Elektro UII, asal Batam, tewas dalam perjalanan menuju RSUD Karanganyar, Jumat 20 Januari.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(SAN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif