Zuhdi saat membatik – Medcom.id / Rahmatullah
Zuhdi saat membatik – Medcom.id / Rahmatullah (Rahmatullah)

Rela Menjadi Guru Membatik Gratis

sosok Sosok Inspiratif
Rahmatullah • 13 Maret 2019 15:12
Sumenep: Zuhdi, 30, awalnya kebingungan karena merasa tidak punya keahlian dalam berbisnis untuk membiayai hidup. Tapi kini ia sudah terbilang sukses dalam membatik. Pria kelahiran Desa Paloloan, Kecamatan Gapura, Sumenep Jawa Timur, itu pun sekarang juga sibuk tiap hari melayani puluhan siswa untuk belajar membatik.
 
Menariknya, Zuhdi mengajari siswa salah satu SMA di Sumenep itu secara gratis. Ia tidak minta upah sedikit pun dari siswa-siswa tersebut. Zuhdi hanya ingin membagikan ilmunya dan diterapkan orang lain. Zuhdi juga berharap siswa-siswi tersebut nanti menjadi pembatik profesional yang karyanya bisa bersaing di pasaran.
 
“Saat ada siswa datang untuk belajar membatik, saya sangat senang. Itu menandakan mereka mau berproses,” kata Zuhdi, Rabu, 13 Maret 2019.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Zuhdi mengaku harus meninggalkan dulu produksi membatiknya saat para siswa itu datang untuk belajar. Apalagi pada hari libur, seperti hari Minggu, siswa yang datang semakin banyak. Ia mengaku harus telaten memberikan bimbingan. 
 
Lulusan SMA salah satu pesantren di Sumenep tahun 2010 lalu itu menuturkan kerumitan dalam mengajari siswa membatik. Katanya, siswa-siswa itu tidak tahu cara membuat pola atau gambar, pemberian lilin, termasuk pewarnaan. Tapi setelah tekun belajar, akhirnya para siswa itu pun mulai piawai membatik.
 
“Mereka mulai belajar membatik sejak pertengahan Februari lalu,” terangnya.
 

Rela Menjadi Guru Membatik Gratis
 
Saat ini, Zuhdi tiap hari memproduksi batik dengan 9 temannya di bawah naungan Wirausaha Muda Sumenep (WMS). Ia belajar membatik tahun 2018 kemarin. 
 
Dengan ketekunan dan ketelatenan, tiap minggu mereka bisa memproduksi 10 potong batik. Motifnya juga beragam, antara lain bunga dan keris. 
 
Dari hasil penjualan batiknya itu, Zuhdi dan teman-temannya bisa berbagi hasil minimal Rp2 juta tiap bulan. Salah satu stategi jualnya adalah menjajakan produk batiknya melalui media sosial. Pembeli juga ada yang datang langsung ke galeri batiknya di Jalan Dr Soetomo Kelurahan Pajagalan, Kecamatan Kota.
 
Salah satu siswa yang belajar membatik, Firman, bersyukur bisa menimba ilmu itu dengan gratis. Katanya, sulit menemukan yang mau mengajari membatik dengan cuma-cuma. Ia pun mengaku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan belajar itu.
 
“Saya akan menggunakan ilmu membatik ini dengan baik biar berguna,” janjinya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(ALB)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif