Namun dia menampik kabar apabila puluhan warga tersebut hijrah ke Malang setelah mendapat bisikan atau doktrin tentang kiamat sudah dekat.
Saat ditemui Medcom.id, Katimun menjelaskan awalnya dia bermimpi bertemu dengan pendiri Ponpes Miftahul Falahil Mubtadiin. Dalam mimpinya tersebut, Katimun disuruh untuk datang ke pondok mengikuti pengajian triwulan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Setelah mendapatkan mimpi tersebut, Katimun yang juga seorang kiai di kampungnya itu langsung pamitan kepada jemaahnya untuk pergi ke pondok. Sehingga selama pergi, kegiatan pengajian di Ponorogo dihentikan sementara.
"Pengajian diberhentikan dulu. Saya ingin menambah ilmu lagi. Nanti kalau saya sudah pulang baru dilanjutkan lagi," katanya di sekitaran pondok, Jumat, 15 Maret 2019.
Namun setelah pamit, ternyata banyak jemaah Katimun yang menyusul ke pondok. Padahal Katimun sendiri tidak pernah menginstruksikan kepada jemaahnya untuk mengikuti pengajian di Ponpes Miftahul Falahil Mubtadiin.
"Itu inisiatif mereka sendiri, saya enggak nyuruh. Saya sudah satu bulanan di sini. Tapi teman-teman baru-baru ini menyusul ke sini. Ada sekitar 59 orang yang menyusul," ujarnya.
Baca: 'Bedol Desa' di Ponorogo karena Isu Meteor
Katimun mengaku kedatangannya ke pondok ini untuk menimba ilmu dengan mengikuti pengajian triwulan. Selain itu juga menambah keimanan lewat ibadah. "Jadi fatwa kiamat sudah dekat itu enggak benar, itu hoaks. Saya tidak pernah mengajarkan itu," ujarnya.
Seperti kabar yang beredar sebelumnya, puluhan warga Ponorogo tersebut menjual aset kekayaannya terlebih dahulu. Katimun pun membenarkan hal itu. Hanya saja, diakuinya hasil penjualan aset tersebut digunakan untuk membeli bekal selama pengajian triwulan di pondok.
"Per orang persiapan gabah beras 3 kuintal. Itu untuk persiapan sendiri, bukan untuk siapa-siapa. Kalau mereka mau jual apa saya enggak tau," pungkasnya.
Puluhan warga Kabupaten Ponorogo mendadak hijrah ke Malang, setelah mendapat bisikan atau doktrin tentang kiamat sudah dekat. Sebelum hijrah, mereka terlebih dahulu menjual asetnya sebagai bekal di akhirat, yang kemudian disetor ke salah satu pondok di Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)