Kepala Bagian Operasional Polres Sampang, Kompol Syaiful Anam, mengatakan pasukan Brimob yang mengamankan dua desa tersebut bertugas melakukan patroli di sekitar pemukiman warga syiah dan memberikan pengawalan ekstra terhadap mereka.
Pengawalan dilakukan mulai dari Dusun Jemundo, Sidoarjo, menuju Sampang, hingga balik lagi ke Sidoarjo. Jadi, tujuannya agar masyarakat (warga syiah) merasa aman. "Yang kedua, kita antisipasi jangan sampai terulang kembali konflik agama seperti kejadian waktu itu," ujar Syaiful, saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (2/7/2015).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Syaiful menambahkan, selain menyiagakan pasukan Brimob di dua desa tersebut, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Kodim 0828 Sampang dan Polsek setempat agar siap bergerak bila sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan.
Sementara itu, saat disinggung adanya kemungkinan warga pengikut Syiah bisa kembali lagi tinggal di rumahnya, Syaiful menyatakan hal itu masih sulit. Sebab, masyarakat setempat masih menolak keberadaan pengikut syiah.
"Pemerintah terus berupaya ke arah itu, termasuk melakukan pendekatan. Namun, untuk saat ini masyarakat belum menerima (warga syiah)," jelasnya.
Penyerangan terhadap warga Syiah pecah pada Minggu, 26 Agustus 2012. Sekitar 200 warga anti-Syiah menyerang dengan batu dan membakar puluhan rumah warga Syiah di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang. Seorang penganut Syiah, Hamamah, 55, tewas akibat penyerangan itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)
