Sekita pukul 10.00 WIB, angkot yang mayoritas dari Kabupaten Bandung itu silih berdatangan ke halaman kantor Gubernur Jabar Ahmad Heryawan. Bahkan, selain angkot juga terdapat beberapa taksi konvensional dalam aksi tersebut.
Nano, 48, salah seorang sopir angkot jurusan Kebon Kelapa-Soreang, semenjak kehadiran taksi online mendapatannya terus menyusut. Bahkan ia harus mengutang ke warung untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Dulu mah sehari bisa dapat Rp150 ribu sampai Rp200 ribu. Sekarang malah tambah parah, paling gede juga Rp70 ribu," ujar Nano.
Baca: Sejumlah Angkot di Bandung tak Ikut Demo
Terlebih, lanjut Nano, Pemerintah Jabar saat ini belum melaksanakan Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 108 Tahun 2017 tentang angkutan khusus berbasis online atau pelat hitam.
"Harus itu dilakukan, harusnya taksi online pakai stiker, pelatnya juga warna kuning. Tapi aturan itu tidak dilakukan," sambung Nano.
Salah seorang pengemudi taksi konvensional, Bagus, mengaku susah mendapatkan penumpang terutama di jam sibuk seperti pagi dan sore hari. Pasalnya di sekitar tempatnya biasa mendapat penumpang, telah dijajah taksi online.
"Coba lihat saja, di tiap dekat sekolahan sama perkantoran pasti banyak taksi online. Parkirnya dimana-mana pula, sudah habis lah lahan kami," ungkap Bagus.
Saat ini para pengemudi angkutan konvensional tengah berorasi di halaman Gedung Sate. Mereka mendapat pengawalan dari petugas kepolisian. Sementara ruas Jalan Diponegoro depan Gedung Sate ditutup sementara karena adanya aksi tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(LDS)
