"Hujan tahun ini intensitasnya sangat tinggi, sehingga air meluap. Padahal, kali di sekitar sini sudah diperbesar sekitar satu setengah meter," kata Ketua RT 03/02 Kelurahan Husein, Kecamatan Cicendo, Agus Gunawan, ditemui di Pasteur, Rabu (16/11/2016).
Terakhir banjir, kenang Agus, terjadi pada 2012. Saat itu, banjir tak terlalu parah dan ketinggiannya tak sampai satu meter. Namun, tahun ini banjir menggenangi 13 rumah dan membuat benteng pembatas sepanjang 15 meter dan tinggi 2 meter, roboh. Robohnya benteng membuat rumah sepanjang sungai tergenang banjir.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Sekarang warga terus waspada, khawatir akan kembali banjir. Kami berharap pemerintah segera menangani masalah ini," kata dia.

Petugas membersihkan lumpur akibat banjir di Pasteur. Foto: MI/Depi Gunawan
Untuk mengurangi risiko, warga menjalin komunikasi dengan warga di dataran tinggi. Agar, ketika hujan intensitas tinggi terjadi di sana, mereka bisa segera mengungsi.
"Kita akan berkoordinasi dengan RW 01 untuk meminjam lahan yang kosong sebagai tempat evakuasi," kata dia.
Bagja Warsa, warga RW 03 Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo, menduga banjir terjadi karena sungai semakin menyempit. Penyempitan terjadi karena banyak bronjong yang dipasang di sepanjang sungai. Keberadaan bronjong membuat sampah tersangkut dan membuat air sulit mengalir.
"Kali (sungai) yang tadinya (lebar) sekitar 5 meter, sekarang menyempit jadi sekitar 3 meter. Jika debit air besar, ya banjir. Padahal di sini belum pernah banjir," ujar Bagja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)