Ketua Ikatan Ahli Bencana Indonesia (IABI), Sudibyakto, membeberkan, banjir diakibatkan perubahan tata guna lahan dan tata ruang wilayah hulu daerah aliran sungai (DAS) Citarum.
Baca: Emil Tak Bisa Jawab Ditanya Penyebab Banjir Bandung
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ia mengatakan, banjir Bandung kemarin adalah yang paling parah sejak 10-20 tahun terakhir. Banjir kota atau urban flood yang tersebut, katanya, hampir selalu mengancam kota-kota besar di Indonesia.
Terlebih lagi, secara geomorfologi Kota Bandung berupa cekungan yang dikelilingi banyak pegunungan dan DAS di sekitarnya.
Menurut Sudibyakto, banjir Kota Bandung memang awalnya disebabkan tingkat curah hujan yang berlangsung sangat singkat dengan intensitas sangat tinggi dan merata. Akibatnya, debit sungai dan saluran drainase kota terlampaui.
Pada saat yang sama, sistem drainase Kota Bandung bertopografi miring. Hal ini mendukung sistem pengatusan banjir. Sehinga, banjir berlangsung lebih cepat.
"Akibatnya, terjadi banjir besar dan mampu menerjang apa saja yang dilewatinya," kata Sudibyakto, seperti dikutip Antara, di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Selasa (25/10/2016).
Penyebab lainnya, kata Guru Besar Fakultas Geografi UGM itu, urbanisasi dan munculnya kompleks perumahan kumuh di sepanjang sungai. Kondisi ini membuat kemampuan lahan menyerap air berkurang.
"Hujan dengan intensitas sangat tinggi di atas 60 mm/jam akan menyebabkan lahan tidak mampu menyerap kelebihan air hujan sehingga kapasitas infiltrasi tanah lebih kecil daripada intensitas hujan," terang dia.
Banjir di kawasan Pasteur, Bandung, Senin (24/10/2016) menerjang Jalan Dr Djunjunan. Sejumlah kendaraan hanyut terbawa air. Banjir memakan korban tewas satu orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)