Boy mengatakan, sampah harus dipahami bukan menjadi masalah, namun berkah untuk kehidupan. Ia mulai membuktikannya saat memulai mengolah sampai dengan hanya modal sekitar Rp5 juta hingga Rp10 juta. Usaha ini semula baru sebatas menghancurkan sampah plastik jenis PVC dan mengirimkan ke Jakarta sekitar 2005.
Namun, usaha produksi pipa Boy dimulai pada 2015. “Orang mau jadi pengusaha daur ulang plastik mau sekecil-kecilnya tak ada modal atau sebesar-besarnya modal bisa dilakukan,” ujar Boy ditemui Medcom.id di Dusun Bungsing pada Selasa, 19 Februari 2019.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Produksi pipa berbahan sampah plastik ini dilakukan mulai dari pengumpulan sampah dari pemulung. Pemasok sampah plastik berasal dari Yogyakarta, Temanggung, Solo, hingga Salatiga. Sampah dihancur lebih dulu setelah kemudian dijadikan tepung. Tepung hasil penghalusan sampah plastic PVC inilah yang jadi cikal bakal pipa.

Boy Candra menunjukkan salah satu proses produksi awal mendaur ulang sampah plastik jenis PVC . Foto: Medcom.id/Ahmad Mustaqim
Menurut Boy, tak semua perusahaan daur ulang sampah mau mengolah sampah plastik jenis PVC. Sampah jenis ini sulit dihomogenkan. Salah mengolah, tak ada harganya. Sebaliknya, bisa mengolah dengan benar akan bisa menghasilkan keuntungan secara ekonomi.
Baca: Keuletan Boy Candra Bekali Warga Olah Sampah Plastik
Produksi pipa yang dihasilkan dalam berbagai ukuran. Mulai dari 5/8 inch; 1/2 inch; 3/4 inch; 1 1/4 inch; 1 1/2 inch; 2 inch; 2 1/2 inch; 3 inch; dan 4 inch. Dalam sehari, Boy dengan 50 pekerjanya bisa memproduksi 2 ribu batang pipa dalam satu ukuran yang sama. “Saya kira masalah usaha daur ulang sampah ini tantangannya modal. Soal bahan baku sampah saya kira akan tetap banyak,” ujar lelaki 53 tahun ini.
Hasil produksi pipa itu Boy distribusikan ke distributor di kawasan Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Menurut dia, hasil produksi pipa dari bahan sampah plastik tak kalah beda kualitasnya dengan produksi pabrikan dengan bahan murni. Baik itu dari segi kualitas, kekuatan, dan kerapian hasil produksi. Harganya pun ia jual 60 persen lebih rendah dari pabrikan.
Produksi Balok dan Papan pada 2020
Boy berencana mengembangkan usahanya. Bukan hanya memproduksi pipa dari sampah plastik, namun juga membuat papan balok dan papan dari bahan dasar serupa. Boy sudah mempraktikkan rencananya itu. Meskipun, ujicoba itu masih dalam ukuran papan kecil.
Pembuatan papan dari sampah plastik itu hampir sama dengan pembuatan pipa. Bedanya hanya mengharusnya adanya campuran organik, yakni sekam. Sekam yang dibutuhkan hanya sekitar 2-5 persen untuk membentuk tekstur yang dinginkan.
Boy berkata, hasil olahan sampah plastic PVC, termasuk pipa ini tak bisa dibakar api. Api bisa membakar selama masih dalam kondisi menyala. Jika terkena api, plastik jenis PVC ini hanya sebatas gosong. “Target bisa produksi 2020,” ungkapnya.
.jpg)
Sampah plastik yang dikumpulkan Boy Candra dari para pemulung.
Menurut dia, upaya membuat papan dan balok dari bahan dasar sampah plastik ini menjadi salah satu upaya melestarikan dan menjaga lingkungan. Ia mengatakan, bangunan kayu akan identik dengan adanya penenagan pohon. Sedangkan, sampah plastik yang didaur ulang ini bisa menjadi salah satu bentuk industry berkelanjutan. “Artinya, kembali lagi ke alam,” tuturnya.
Baca: Berangkat dari Kebangkrutan, Boy Candra Produksi Pipa dari Sampah Plastik
Sampah plastik jenis PVC merupakan sampah paling jelek dan perlu waktu sangat lama untuk hancur. Plastic PVC yang terkena panas juga sulit memuai. Sebaliknya, plastic PVC yang dikubur sampai kapanpun tak pernah hancur.
Di sisi lain, Boy merasa baru setahun belakang mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat. Padahal, ia sudah memulai usahanya 16 tahun yang lalu. “Ada stigma orang itu jelek yang mau mendaur ulang sampah plastik,” ucapnya.
Boy berharap pemerintah bisa lebih serius dalam mengurangi penggunaan sampah plastik, khususnya di dunia usaha. Edukasi dampak sampah plastik juga perlu dilakukan hingga tingkatan masyarakat di rukun tetangga (RT).
“Saya bersedia mengajari atau membantu memberikan edukasi tanpa dibayar. Bagaimana pengolahan sampah bisa membuahkan hasil,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)