Salah satu yang istimewa dari hajatan itu adalah undangan. Sebab, nama-nama tamu undangan ditorehkan dengan tulisan tangan, bukan cetakan. Dan, hanya satu orang yang menulis sekitar 1.200 nama tamu undangan Jumenengan Dalem.
Sosok tersebut adalah Iskandar, 59. Guru seni di SMA 1 Yogyakarta itu dipercaya Pura Pakualaman untuk menulis nama-nama tamu kehormatan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Iskandar menuturkan, awal mula ia terlibat dalam acara hajatan itu setelah bertemu salah satu kerabat Pura Pakualaman, KMT Tirtonegoro. Iskandar bertemu dengan lelaki bernama asli Joko Tirto itu sekitar sebulan yang lalu. Dia dimintai tolong untuk menulis nama seluruh undangan acara jumenengan.
"Jumlah rencana undangan awalnya 1.000-1.500. Tapi, jumlahnya saat ini hanya sekitar 1.200," kata Iskandar saat ditemui di kediamannya di RT 42, RW 9, Pujowinata, PA I 686 Yogyakarta, Rabu (6/1/2016).
Ia mengaku tak begitu mengetahui alasan dirinya dipercaya menulis semua undangan. Dugaannya, hal itu tak lepas dari profesinya sebagai guru seni dan dirinya merupakan lulusan Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
"Basic-nya dari seni lukis. Lulusan ISI tahun 1980. Di SMA 1 (Yogyakarta) saya mengajar seni rupa," kata lelaki kelahiran Gunungkidul, 6 Juni 1956, ini.
Lebih lanjut, Iskandar menuturkan, ia pernah menanyakan mengapa alamat undangan tidak langsung dicetak. Namun, pihak Pura Pakualaman menceritakan bahwa sudah sejak lama acara besar sejenis di kerajaan harus ditulis tangan. Bahkan, sejak zaman-zaman kerajaan di ratusan tahun silam.
Setelah menerima itu, Iskandar menawarkan lima jenis bentuk tulisan untuk alamat undangan. Beberapa di antaranya, huruf besar semua, lurus semua, serta huruf kaligrafi.
"Akhirnya huruf yang dipilih kaligrafi. Alatnya kaligrafi pen," ujar lelaki asal Kepek, Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, ini.
Nama pejabat
Tepat pada 25 Desember 2015, undangan acara jumenengan itu jadi dan diantar ke kediaman Iskandar. Mulai hari itu juga ia menulis nama tujuan alamat undangan, dari pejabat negara di kabupaten hingga pusat, dan raja-raja di Nusantara.
Dalam tulisan Iskandar, tinta biru menjadi pilihan untuk penulisan dalam undangan. Ia mengaku tak ada perasaan grogi atau apapun saat menulis nama-nama di undangan. Dalam menulis itu, perlu ketenangan agar tidak terjadi kesalahan dalam penulisan nama, pangkat, hingga gelar. Meskipun, ada beberapa kali kesalahan.
"Tapi (kesalahan) tidak sampai 10 persen undangan. Saya sudah pesan, jika ada kesalahan itu wajar. Makanya, ada undangan cadangan sekitar 10 persen juga," ungkapnya.
Untuk mengerjakan itu, ia mengaku memerlukan waktu 2-3 jam per hari guna mengerjakannya. Waktu yang sering ia gunakan untuk garapan itu sehabis waktu subuh datang.
Baginya, menjadi bagian dalam hajatan di Pura Pakualaman menjadi kehormatan untuk Iskandar. "Tidak ada beban tapi saya merasa ada kepuasan batin. Meskipun menulis nama-nama para pejabat, tak ada tekanan. Sama saja," jelasnya.
Ia menambahkan, kemampuan menulis manual dan indah di kalangan anak muda saat ini tak begitu banyak. Pengalamannya mengajar di sekolah, siswanya hampir sebagian besar meminta tugas dan mengerjakan melalui media elektronik.
"Para anak-anak muda, menulis tangan perlu ditekuni. Pelajar perlu memiliki kemampuan menulis. Termasuk memberikan warna, perlu keterampilan tersendiri," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)