Seorang tetangga Arifin dan Rohaida, Lidia, tak menyangka tetangganya masuk dalam jaringan teroris. Lidia mengungkap, Rohaida jarang mengikuti kegiatan di lingkungan tersebut. "Tapi kalau ada rapat RT atau kegiatan ibu-ibu PKK, jarang ikut. Bu Ida memang mulai pakai cadar dalam setahun belakangan," ucap Lidia, usai polisi menggeledah rumah kedua pasutri di Jalan Kapi Sraba XI Blok 10 H nomor 12 RT 04/RW 16, Mangliawan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Senin 14 Mei 2018.
Warga lainnya, Winanti, mengaku pernah berkomunikasi dengan Rohaida. Rohaida kala itu berbicara perihal kegiatan sosial dan masakan. Winanti pun tak menyangka, Rohaida menjadi terduga teroris.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Rumah Bu Ida sering didatangi teman-temannya. Tapi warga sekitar tidak kenal dengan teman-temannya. Datang, masuk. Selesai, keluar ya langsung pulang," tuturnya.
Winanti menambahkan, Rohaida tidak tergabung dalam grup WhatsApp warga sekitar yang dibentuk sejak tiga tahun lalu. Sehingga, warga pun tidak terlalu dekat dengan Rohaida.
Salah seorang warga sekitar, Wati, menuturkan pasutri tersebut berjualan telur asin dan kerupuk. Namun warga yang ingin membeli, tidak boleh masuk ke dalam rumah.
"Warga kalau mau beli disuruh menunggu di luar saja. Orangnya sebenernya ramah tapi tertutup," ucapnya
Ketua RT setempat, Azrizal Fahmi mengaku Arifin bekerja di kantor pos dan sering pulang kerja saat malam hari. "Karena yang laki kerja sampai malem. Yang saya tahu ya rumahnya sering di tutup," kata Azrizal
Baca: Rumah Terduga Teroris di Malang Digeledah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(LDS)
