Kawasan Pan Java Mulyoagung, Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur.  Medcom.id/Daviq Umar Al Faruq
Kawasan Pan Java Mulyoagung, Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Medcom.id/Daviq Umar Al Faruq (Daviq Umar Al Faruq)

Kisah Pemuda Desa Mulyoagung Ajak Warga Sadar Wisata

sosok Sosok Inspiratif
Daviq Umar Al Faruq • 04 April 2019 12:56
Malang: Miftakhul Adhim adalah salah satu pemuda yang peduli dengan desa tempat tinggalnya di Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Meski bukan warga asli, Adhim, sapaan akrabnya, benar-benar getol membuat kawasan tersebut menjadi dikenal khalayak luas.
 
Salah satu upayanya yakni dengan mengajak para pemuda di desa tersebut untuk membangun kawasan wisata bernuansa desa. Kawasan itu bernama Panorama Alam Nusantara Java Mulyoagung atau disingkat Pan Java Mulyoagung.
 
Sebelum terbentuk kawasan wisata desa ini, Adhim dan kawan-kawan memulainya dengan mengadakan Festival Tempo Dulu pada 2017 silam. Acara ini digelar agar Desa Mulyoagung memiliki kegiatan yang positif, menghibur dan banyak dikunjungi masyarakat.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Dalam festival tersebut, menyuguhkan stan-stan makanan khas jawa seperti tiwul, cenil dan sebagainya. Tak hanya kuliner, festival yang digelar selama tiga hari ini juga menampilkan berbagai penampilan budaya tradisional dan kontemporer seperti tarian Remo, Beskalan, Karawitan dan lain-lain. 
 
"Ternyata antusias masyarakat besar banget. Banyak masyarakat yang datang. Warga banyak yang request kegiatan ini dilanjutkan lagi tahun depan," katanya kepada Medcom.id, Kamis 4 April 2019.
 
Antusias tinggi dari masyarakat itulah yang membuat Adhim bersama sembilan orang pemuda Desa Mulyoagung berencana membangun sebuah kawasan wisata bernuansa desa di kawasan tersebut. Berbagai upaya dilakukan, salah satunya dengan berkeliling ke sejumlah desa di Kabupaten Malang.
 
Mulai dari Desa Pujon Kidul yang terkenal dengan Cafe Sawah nya, Desa Sanan Kerto dengan Wisata Andeman BoonPring dan Desa Gubugklakah dengan Desa Wisata. Ketiga desa itu dipilih untuk dijadikan tempat belajar bagi para pemuda Desa Mulyoagung karena telah terbukti sukses menjalankan kawasan wisata desa.
 
Hanya saja, Desa Mulyoagung tak memiliki kekayaan alam seperti tiga desa tersebut. Oleh karena itu, Adhim dan kawan-kawan memiliki ide untuk memulai kawasan wisata desa di tempat tinggalnya dengan membangun wisata kuliner terlebih dahulu.
 
"Kami terinspirasi banyaknya cafe di Jalan Dermo yang ramai pengunjung setiap harinya. Jadi kami mulai dari wisata kuliner dulu yang digabung dengan kesenian budaya," beber pria berusia 34 tahun ini.
 
Kisah Pemuda Desa Mulyoagung Ajak Warga Sadar Wisata
 

Pada akhir 2018 lalu, rencana kawasan wisata kuliner ini digodok kemudian proposal pun dikirim ke pemerintahan desa dan dinas pariwisata setempat. Gayung bersambut kedua pihak ini ternyata merespon positif. Bahkan, pemerintah desa mau meminjamkan tanah kas desa untuk dijadikan kawasan wisata desa tersebut. 
 
Selanjutnya, Adhim dan kawan-kawan pun juga membentuk zebuah kelompok sadar wisata (Pokdarwis) bernama Kampung Budaya Mulyoagung. Adhim sendiri menjadi koordinator atau ketua dalam Pokdarwis tersebut.
 
Hanya saja, setelah membentuk kelompok dan mendapatkan izin menggunakan tanah kas desa, Adhim dan kawan-kawan menemukan sebuah masalah. Yakni tidak adanya dana yang besar untuk membangun kawasan wisata desa tersebut.
 
"Kami sempat terkendala dana saat itu sehingga kami menawarkan kepada warga masyarakat. Beruntung ada beberapa dermawan di desa kami yang siap menjadi investor tak mengikat. Kami memang hanya membatasi pendanaan hanya boleh dari warga sekitar saja," ujar pria kelahiran Gresik, Jawa Timur ini.
 
Setelah mendapatkan suntikan dana, pembangunan kawasan wisata desa pun dimulai. Tahap pertama, Adhim dan kawan-kawan fokus ke wisata kuliner terlebih dahulu. Hanya saja, bukan wisata kuliner biasa namun bernuansa bangunan desa dari bambu.
 

Pan Java Mulyoagung Berangkat dari Wisata Kuliner
 

Ada tiga kawasan kuliner yang sudah dibangun hingga saat ini, yaitu Cafe Kopi Tani, Warung Tani dan Sambel Desa Kasemo. Ketiganya berada dalam satu kawasan yang bernama Pan Java Mulyoagung.
 
Cafe Kopi Tani menyuguhkan suasana kafe yang bernuansa Jawa dengan kursi-meja serta ornamen-ornamen serba kayu dan bambu. Disana juga dijual kopi yang berasal dari empat daerah di Kabupaten Malang seperti Kopi Arjuna dan Kopi Dampit. Tujuannya tak lain untuk mengembangkan produk lokal asal Malang.
 
"Nantinya kami akan mengembangkan wisata edukasi kopi disini. Jadi ada pengenalan kopi mulai dari jenis, biji, kualitas, dan caranya memanen seperti apa. Kami akan bekerjasama dengan dinas pertanian dan petani kopi untuk edukasi para tamu-tamu kedepannya. Selain kopi nanti juga ada edukasi jeruk juga," jelas Adhim.
 
Selanjutnya, Warung Tani ini menyuguhkan suasana tempat makan bernuansa Jawa dengan gubuk serba kayu dan makanan prasmanan. Makanan yang disajikan pun khas Jawa seperti Sayur Klothok, Jangan Tewel dan lain-lain. Tempat ini sangat pas bagi pengunjung yang rindu dengan makanan dan suasana tempo dulu.
 
"Sedangkan, Sambel Pedas Kasemo menyuguhkan makanan berbahan Jawa tapi dikemas secara modern. Kami pilih makanan pedas karena saat ini jadi makanan favorit bagi pecinta kuliner," ungkap lulusan Universitas Islam Negeri (UIN) Malang ini.
 
Kisah Pemuda Desa Mulyoagung Ajak Warga Sadar Wisata
 

Tak hanya wisata kuliner, di dalam kawasan wisata desa tersebut juga terdapat kolam pemancingan lele. Dengan membayar seharga Rp 30 ribu, para penghobi pancing dapat memancing sepuasnya. Disana pun selalu diadakan lomba sebanyak dua kali dalam seminggu. 
 
"Kami juga ada Home Stay Pan Java yang bernuansa Jawa. Home stay ini milik perorangan warga setempat yang kami gandeng juga," terang Sarjana Sastra Arab ini.
 
Wisata Desa Pan Java Mulyoagung ini telah dibuka sejak Februari 2019 lalu. Namun tidak semua spot sudah bisa dinikmati oleh pengunjung. Sebab, Grand Launching kawasan ini sendiri baru akan dilakukan akhir April nanti.
 
Setelah dilaunching, Adhim dan kawan-kawan pun berencana mengembangkan lagi kawasan wisata desa ini ke tahap kedua. Yakni dengan membangun taman edukasi serta outbond untuk anak-anak di lahan milik pemerintahan desa seluas sekitar lima hektar itu.
 
"Nantinya akan ada wahana peatihan edukasi membuat kerajinan tangan, edukasi daur ulang sampah, edukasi batik tulis hingga kesenian budaya bekerjasama dengan sejumlah pihak. Target pertengahan pertengahan tahun ini sudah rampung," tuturnya.
 

Wisata Desa Ajak Masyarakat Sadar Wisata
 

Saat ini, Pan Java Mulyoagung memiliki setidaknya 33 karyawan yang sebagian besar merupakan warga Desa Mulyoagung. Untuk membangun kawasan wisata desa itu jalan yang dilalui Adhim dan kawan-kawan tidaklah mudah. Sebab, ketidaksadaran masyarakat akan manfaat dari kawasan wisata tersebut menjadi salah satu masalah yang belum terselesaikan.
 
"Menawarkan warga sekitar untuk bekerja disini tidak gampang. Karena wisata desa ini baru dimulai dan warga masih belum tau benar manfaatnya seperti apa. Mungkin setahun lagi sudah mulai banyak warga yang bertanya dan mempunyai rasa memiliki," kata Adhim.
 
Adhim mengaku sebagian warga Desa Mulyoagung masih belum siap dengan hadirnya kawasan wisata desa. Padahal dengan adanya wisata desa tersebut dapat membuka peluang usaha baru serta meningkatkan taraf ekonomi masyarakat sekitar.
 
"Kebutuhan di Pan Java ini kami semua ambil dari warga sekitar. Mulai dari bahan makanan, bahan pokok atau elpiji gas itu kami beli di warga setempat. Kami harap dengan ini warga sekitar mulai sadar untuk mempunyai rasa memiliki dan memajukan desa nya," ujar Adhim.
 
Meski baru dibuka Februari 2019, jumlah pengunjung Pan Java Mulyoagung sudah menunjukkan geliatnya. Menurut Adhim, sebanyak 200-300 pengunjung datang setiap harinya. Jumlah itu bisa bertambah lagi ketika hari libur atau akhir minggu.
 
"Sektor pariwisata ini bisa menggenjot semua potensi yang ada di desa. Setelah kawasan kami dikenal dengan wisata kulinernya, kami akan menggandeng beberapa pengusaha di desa untuk membuat edukasi disini. Seperti edukasi pembuatan krupuk atau pembibitan," jelasnya.
 
"Setelah kami sukses disini kami punya keinginan mendorong pemerintahan desa untuk memiliki BUMDes. Karena itu bisa menghasilkan PAD dan retribusi terhadap desa," pungkasnya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(ALB)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif